Kamis, 12 Januari 2012

ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR

BAB II
PEMBAHASAN

1. DEFINISI
fraktur adalah pemisahan atau robekan pada kontinuitas tulang yang terjadi karena adanya tekanan yang berlebihan pada tulang dan tulang tidak mampu untuk mrnahannya.
2. ETIOLOGI
Etiologi Fraktur ada dua jenis, yaitu :
1. Trauma langsung, yaitu : fraktur yang terjadi karena mendapat rudapaksa, misalnya benturan atau pukulan yang mengakibatkan patah tulang.
2. Trauma tidak langsung, yaitu : bila fraktur terjadi, bagian tulang mendapat rudapaksa dan mengakibatkan fraktur lain disekitar bagian yang mendapat rudapaksa tersebut dan juga karena penyakit primer seperti osteoporosis dan osteosarkoma.
Dari etiologi yang dapat menyebabkan fraktur dibagi menjadi dua yaitu fraktur tertutup dan frkatur terbuka. Pada fraktur tertutup akan terjadi kerusakan pada kanalis havers dan jaringan lunak diarea fraktur, akibat kerusakan jaringan tersebut akan terbentuk bekuan darah dan benang-benang fibrin serta hematoma yang akan membentuk jaringan nekrosis. Maka terjadilah respon informasi informasi fibroblast dan kapiler-kapiler baru tumbuh dan membentuk jaringan granulasi. Pada bagian ujung periosteum-periosteum, endeosteum dan sumsum tulang akan mensuplai osteoblast, kemudian osteoblast berproliferasi membentuk fibrokartilago, kartilago hialin dan jaringan penunjang fibrosa. Selanjutnya akan dibentuk fiber-fiber kartilago dan matriks tulang yang menghubungkan dua sisi fragmen tulang yang rusak, sehingga terjadi osteogenesis dengan cepat sampai terbentuknya jaringan granulasi.
Sedangkan pada fraktur terbuka terjadi robekan pada kulit dan pembuluh darah, maka terjadilah perdarahan, darah akan banyak keluar dari ekstra vaskuler dan terjadilah syok hipovolemik, yang ditandai dengan penurunan tekanan darah atau hipotensi syok hipovolemik juga dapt menyebabkan cardiac output menurun dan terjadilah hipoksia. Karena hipoksia inilah respon tubuh akan membentuk metabolisme an aerob adalah asam laktat, maka bila terjadi metabolisme an aerob maka asam laktat dalam tubuh akan meningkat.
3. KLASIFIKASI FRAKTUR
Fraktur di klasifikasikan sebagai berikut :
1) Fraktur tertutup
Merupakan fraktur tanpa komplikasi dengan kulit tetap utuh disekitar fraktur tidak menonjol keluar dari kulit.
2) Fraktur terbuka
Pada tipe ini, terdapat kerusakan kulit sekitar fraktur, luka tersebut menghubungkan bagian luar kulit. Pada fraktur terbuka biasanya potensial untuk terjadinya infeksi, luka terbuka ini dibagi menurut gradenya.
Grade I : luka bersih, kurang dari 1 Cm.
Grade II : luka lebih luas disertai luka memar pada kulit dan otot.
Grade III : paling parah dengan perluasan kerusakan jaringan lunak terjadi pula kerusakan pada pembuluh darah dan syaraf.
3) Fraktur komplit
Pada fraktur ini garis fraktur menonjol atau melingkari tulang periosteum terganggu sepenuhnya.
4) Fraktur inkomplit
Garis fraktur memanjang ditengah tulang, pada keadaan ini tulang tidak terganggu sepenuhnya.
5) Fraktur displaced
Fragmen tulang terpisah dari garis fraktur.
6) Fraktur Comminuted
Fraktur yang terjadi lebih dari satu garis fraktur, dan fragmen tulang hancur menjadi beberapa bagian (remuk).
7) Fraktur impacted atau fraktur compressi
Tulang saling tindih satu dengan yang lainnya.
8) Fraktur Patologis
Fraktur yang terjadi karena gangguan pada tulang serta osteoporosis atau tumor.
9) Fraktur greenstick
Pada fraktur ini sisi tulang fraktur dan sisi tulang lain bengkak.
Proses Penyembuhan Tulang
1) Fase formasi hematon (sampai hari ke-5)
Pada fase ini area fraktur akan mengalami kerusakan pada kanalis havers dan jaringan lunak, pada 24 jam pertama akan membentuk bekuan darah dan fibrin yang masuk ke area fraktur sehingga suplai darah ke area fraktur meningkat, kemudian akan membentuk hematoma sampai berkembang menjadi jaringan granulasi.
2) Fase proliferasi (hari ke-12)
Akibat dari hematoma pada respon inflamasi fibioflast dan kapiler-kapiler baru tumbuh membentuk jaringan granulasi dan osteoblast berproliferasi membentuk fibrokartilago, kartilago hialin dan jaringan penunjang fibrosa, akan selanjutnya terbentuk fiber-fiber kartilago dan matriks tulang yang menghubungkan dua sisi fragmen tulang yang rusak sehingga terjadi osteogenesis dengan cepat.
3) Fase formasi kalius (6-10 hari, setelah cidera)
Pada fase ini akan membentuk pra prakulius dimana jumlah prakalius nakan membesar tetapi masih bersifat lemah, prakulius akan mencapai ukuran maksimal pada hari ke-14 sampai dengan hari ke-21 setelah cidera.
4) Fase formasi kalius (sampai dengan minggu ke-12)
Pada fase ini prakalius mengalami pemadatan (ossificasi) sehingga terbentuk kalius-kalius eksterna, interna dan intermedialis selain itu osteoblast terus diproduksi untuk pembentukan kalius ossificasi ini berlangsung selama 2-3 minggu. Pada minggu ke-3 sampai ke-10 kalius akan menutupi tulang.
5) Fase konsolidasi (6-8 Bulan) dan remoding (6-12 bulan)
Pengkokohan atau persatuan tulang proporsional tulang ini akan menjalani transformasi metaplastik untuk menjadi lebih kuat dan lebih terorganisasi. Kalius tulang akan mengalami remodering dimanaosteoblast akan membentuk tulang baru, sementara osteoklast akan menyingkirkan bagian yang rusak sehingga akhirnya akan terbentuk tulang yang menyeruapai keadaan tulang yang aslinya.
4. TANDA DAN GEJALA
1. Nyeri tekan : karena adanya kerusakan syaraf dan pembuluh darah.
2. Bengkak dikarenakan tidak lancarnya aliran darah ke jaringan.
3. Krepitus yaitu rasa gemetar ketika ujung tulang bergeser.
4. Deformitas yaitu perubahan bentuk, pergerakan tulang jadi memendek karena kuatnya tarikan otot-otot ekstremitas yang menarik patahan tulang.
5. Gerakan abnormal, disebabkan karena bagian gerakan menjadi tidak normal disebabkan tidak tetapnya tulang karena fraktur.
6. Fungsiolaesa/paralysis karena rusaknya syaraf serta pembuluh darah.
7. Memar karena perdarahan subkutan.
8. Spasme otot pada daerah luka atau fraktur terjadi kontraksi pada otot-otot involunter.
9. Gangguan sensasi (mati rasa) dapat terjadi karena kerusakan syaraf atau tertekan oleh cedera, perdarahan atau fragmen tulang.
E. KOMPLIKASI
- Malunion : Fraktur sembuh dengan deformitas (angulasi, perpendekan/rotasi)
-Delayed union : Fraktur sembuh dalam jangka waktu yang lebih dari normal.
- Nonunion : Fraktur yang tidak menyambung yang juga disebut pseudoarthritis, nonunion yaitu terjadi karena penyambungan yang tidak tepat, tulang gagal bersambung kembali.
5. PENATALAKSANAAN
a. Medis
1) Traksi
Secara umum traksi dilakukan dengan menempatkan beban dengan tali pada ekstreminasi klien. Tempat tarikan disesuaikan sedemikian rupa sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu tarikan tulang yang patah. Kegunaan traksi adalah antara lain mengurangi patah tulang, mempertahankan fragmen tulang pada posisi yang sebenarnya selama penyembuhan, memobilisasikan tubuh bagian jaringan lunak, memperbaiki deformitas.
Jenis traksi ada dua macam yaitu : Traksi kulit, biasanya menggunakan plester perekat sepanjang ekstremitas yang kemudian dibalut, ujung plester dihubungkan dengan tali untuk ditarik. Penarikan biasanya menggunakan katrol dan beban. Traksi skelet, biasanya dengan menggunakan pin Steinman/kawat kirshner yang lebih halus, biasanya disebut kawat k yang ditusukan pada tulang kemudian pin tersebut ditarik dengan tali, katrol dan beban.
2) Reduksi
Reduksi merupakan proses manipulasi pada tulang yang fraktur untuk memperbaiki kesejajaran dan mengurangi penekanan serta merenggangkan saraf dan pembuluh darah.
Jenis reduksi ada dua macam, yaitu : Reduksi tertutup, merupakan metode untuk mensejajarkan fraktur atau meluruskan fraktur, dan Reduksi terbuka, pada reduksi ini insisi dilakukan dan fraktur diluruskan selama pembedahan dibawah pengawasan langsung. Pada saat pembedahan, berbagai alat fiksasi internal digunakan pada tulang yang fraktur.
b.Fisiotherapi
Alat untuk reimobilisasi mencakup exercise terapeutik, ROM aktif dan pasif. ROM pasif mencegah kontraktur pada sendi dan mempertahankan ROM normal pada sendi. ROM dapat dilakukan oleh therapist, perawat atau mesin CPM (continous pasive motion). ROM aktif untuk mengaktifkan kekuatan otot

Konsep dasar keperawatan
Pengkajian dasar
aktivitas atau istirahat:
- tanda : keterbatasan atau kehilangan fungsi pada bagian tubuh yang terkena.
Sirkulasi:
- tanda : hipertensi, tachikardia, penurunan atau tidak ada nadi pada bagian
Distal yang cidera.
- pembengkakan jaringan / masa hematoma pada sisi cidera
neuro sensori
- gejala : hilang gerakan/ sensasi , spasme otot
- tanda : deformitas total, ongulasi abnpormal , pemendekan krepitasi (bunyi berderit ), spasme otot , terlihat kelemahan / hilang fungsi.
Nyeri atau kenyamanan
- gejala: nyeri berat tiba-tiba pada saat cidera
- spasme atau kram otot ( setelah imobilisasi )
keamanan
- tanda : leserasi kulit, avulsi jaringan , pendarahan , perubahan warna
- pembengkakan lokal.
6. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Data demografi : identitas klien
Riwayat kesehatan sekarang : kejadian yang mengalami cidera.
Riwayat kesehatan masa lalu : riwayat penyakit DM, TB, arthritis, osteomielitis, dan lain-lain.
Riwayat imunisasi : Polio, Tetanus.
Aktivitas/istirahat : keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena, deformitas, pembengkakan jaringan, nyeri.
Sirkulasi : peningkatan tekanan darah (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri/ansietas).
Penurunan tekanan darah sebagai respon dari perdarahan.
Takikardi sebagai respon dari stress dan hipovolemia.
Pengisian kapiler lambat, sianosis, edema, denyut nadi distal lambat.
Neurosensori : hilang sensasi, spasme otot, kesemutan, kelemahan, nyeri.
Integumen, laserasi, perdarahan edema, perubahan warna kulit.
Sistem otot : kekuatan gerak koordinasi.
Pemeriksaan diagnostic.
Pemeriksaan ronthgen menentukan lokasi/luasnya fraktur/trauma.
Scan tulang, tomogram, scan ct, MRI : memperlihatkan fraktur, juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.
Hitung darah lengkap : HT, mungkin meningkat (hemoton sentrasi) atau menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple). Peningkatan leukosit adalah respon stress normal setelah trauma.
2. Diagnosa Keperawatan
1.Rumusan diagnosa keperawatan pada klien dengan fraktur multiple menurut doengoes adalah : Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan trauma jalan nafas, resiko gangguan nutrisi tulang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologi (perubahan structual), nyeri berhubungan dengan spasme otot, edema, cidera jaringan lunak, gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka neuromuscular, resiko tinggi gangguan integritas kulit berhubungan dengan cidera tusuk fraktur terbuka, beda
2. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d post operasi ditandai dengan ost mengatakan kakinya masih sakit, ost mengeluh nyeri pada kaki yang dioperasi.
Skala nyeri 8
Tujuan: kebutuhan rasa nyaman terpenuhi
Kriteria hasil:
 Nyeri berkurang atau hilang
 Ost tampak rileks
 Ost dapat istirahat /tidur dengan tenang
Intervensi :
 Kaji keluhan nyeri, intensitas, skala, lokasi dan lamanya nyeri
 Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring,gips dan traksi
 Tinggikan dan dukung ekstremitas yang terkena
 Ajarkan tekhnik relaksasi
 Atur posisi klien senyaman mungkin
 Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik
Rasionalisasi:
 Untuk mengetahui sejauh mana nyeri yang dirasakan klien dan sebagai dasar pengawasan keefektifan intervensi
 Menghilangkan nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang/ tegangan jaringan yang cidera
 Meningkatkan aliran balik vena , menurunkan edema dan menurunkan nyeri
 Untuk mengurangi nyeri
 Agar klien merasa lebih nyaman
 Diberikan untuk mengurangi nyeri dan spasme otot.
3. kerusakan mobilitas fisik b/d pemasangan alat eksterna (gips) ditandai dengan ost mengatakan tidak mampu bergerak sesuai dengan tujuan , ost mengatakan melakukan pembatasan gerak , pada kaki ost terpasang gips.
Tujuan: pencegahan mobilitas fisik lebih lanjut
Kriteria hasil:
 Keadaan umum baik
 Dapat menolong diri sendiri
Intervensi
 Kaji derajat immobilitas yang dihasilkan untuk cidera/ pengobatan
 Bantu pasien dalam rentang gerak aktif pada ekstremitas yang tak sehat
 Ubah posisi pasien secara priodik dan dorong untuk latihan batuk atau napas dalam
 Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari
 Konsul dengan ahli terapi fisik/therapi
Rasional:
 Untuk mengetahui sejauh mana tingkat immobilitas
 Meningkatkan aliran darah ke otak dan tulang untuk meningkatkan tonus otot
 Mencegah / menurunkan insiden komplikasi kulit atau pernapasan (dekubitus, pneumonia)
 Agar kebutuhan klien terpenuhi dengan baik





DAFTAR PUSTAKA
1. Mansjoer, Arif Dkk,” Kapita Selekta Kedokteran ” Edisi ke tiga , jilid 2 Jakarta, Media ausculapius Kedokteran UI 2000
2. Doengoes E. Marlynn D.kk” Rencana Asuhan Keperawatan” Edisi ke tiga Penerbit buku Kedokteran , EEC 2000.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

tinggalkan komentar anda.

wow...

wow...
my heart