BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Menjalankan
sesuatu pasti akan berhasil apabila direncanakan terlebih dahulu dan memiliki
pedoman. Tak hanya pekerjaan tapi juga hal yang lain. Termasuk profesi
keperawatan. Profesi keperawatan mempunyai landasan keilmuan keperawatan yang
digunakan agar tetap berada diporos yang tepat dan tetap. Landasan tersebut bak
tiang sebuah rumah. Apabila tiang tidak kuat maka rumah juga akan rapuh. Begitu
juga profesi keperawatan. Kita harus tahu landasannya terlebih dahulu. Tapi,tak
banyak perawat yang tahu akan landasan keilmuan tersebut. Karena keilmuan
itulah dunia keperawatan terus merangkak naik dan berkembang pesat. Hampir dua
dekade profesi ini menyerukan perubahan paradigma. Perawat yang semula tugasnya
hanyalah semata-mata menjalankan perintah dokter kini berupaya meningkatkan
perannya sebagai mitra kerja dokter seperti yang sudah dilakukan di
negara-negara maju.
Sebagai
sebuah profesi yang masih berusaha menunjukkan jati diri, profesi keperawatan
dihadapkan pada banyak tantangan. Tantangan ini bukan hanya dari eksternal tapi
juga dari internal profesi ini sendiri.
B. RUMUSAN
MASALAH
Rumusan
masalahnya adalah;
1.
Bagaimana landasan keilmuan profesi keperawatan?
2.
Apa saja yang menjadi landasan keilmuan profesi
keperawatan?
3.
Apa yang dimaksud Keperawatan sebagai ilmu dan
profesi?
C. TUJUAN
PENULISAN
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini adalah
1.
Untuk memenuhi tugas dari mata kuliah IKD I
2.
Memahami landasan keilmuan profesi keperawatan.
D. Manfaat
1.
Bagi kelompok
Dengan menyusun tugas tentang landasan keilmuan
profesi keperawatan ini kelompok menemukan kejelasan sehingga lebih menguasai
landasan keilmuan profesi keperawatan.
2.
Institusi dan mahasiswa STIKES HI
Tugas ini menjadi bahan bacaan baru yang bermanfaat
kedepannya, sehingga mahasiswa STIKES HI yng akan datang bisa menjadikan
referensi untuk mendapatkan penjelasan tentang landasan keilmuan keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Profesi
Profesi
adalah suatu pekerjaan yang ditujukan untuk kepentingan masyarakat dan bukan
untuk kepentingan golongan atau kelompok tertentu. Profesi sangat mementingkan
kesejahteraan orang lain, dalam konteks bahasan ini konsumen sebagai penerima
jasa pelayanan keperawatan professional.
Menurut Webster profesi adalah pekerjaan yang memerlukan pendidikan yang lama dan menyangkut ketrampilan intelaktual.
Kelly dan Joel, 1995 menjelaskan professional sebagai suatu karakter, spirit atau metode professional yang mencakup pendidikan dan kegiatan diberbagai kelompok okupasi yang angotanya berkeinginan menjadi professional. Professional merupakan suatu proses yang dinamis untuk memenuhi atau mengubah karakteristik kearah suatu profesi.
Menurut Webster profesi adalah pekerjaan yang memerlukan pendidikan yang lama dan menyangkut ketrampilan intelaktual.
Kelly dan Joel, 1995 menjelaskan professional sebagai suatu karakter, spirit atau metode professional yang mencakup pendidikan dan kegiatan diberbagai kelompok okupasi yang angotanya berkeinginan menjadi professional. Professional merupakan suatu proses yang dinamis untuk memenuhi atau mengubah karakteristik kearah suatu profesi.
B. Karakteristik
Profesi
1. Gary
dan Pratt (1991), Kiozer Erb dan Wilkinson (1995) mengemukakan karakteristik professional
sebagai berikut :
a. Konsep misi yang terbuka terhadap perubahan
b. Penguasaan dan penggunaan pengetahuan teoritis
c. Kemampuan menyelesaikan masalah
d. Pengembangan diri secara berkesinambungan
e. Pendidikan formal
f. System pengesahan terhadap kompetensi
g. Penguatan secara legal terhadap standart professional
h. Praktik berdasarkan etik
i. Hukum terhadap malpraktik
j. Penerimaan dan pelayanan pada masyarakat
k. Perbedaan peran antara pekerja professional dengan pekerjaan lain dan membolehkan praktik yang otonom
a. Konsep misi yang terbuka terhadap perubahan
b. Penguasaan dan penggunaan pengetahuan teoritis
c. Kemampuan menyelesaikan masalah
d. Pengembangan diri secara berkesinambungan
e. Pendidikan formal
f. System pengesahan terhadap kompetensi
g. Penguatan secara legal terhadap standart professional
h. Praktik berdasarkan etik
i. Hukum terhadap malpraktik
j. Penerimaan dan pelayanan pada masyarakat
k. Perbedaan peran antara pekerja professional dengan pekerjaan lain dan membolehkan praktik yang otonom
2. Menurut
Lindberg, Hunter dan Kruszewski (1993), Leddy dan Pepper (1993) serta Berger
dan Williams (1992), keperawatan sebagai suatu profesi memiliki karakteristik
sebagai berikut :
a. Kelompok
pengetahuan yang melandasi keterampilan untuk menyelesaikan masalah dalam
tatanan praktik keperawatan.
Pada awalnya praktik keperawatan dilandasi oleh ketrampilan yang bersifat intuitif. Sebagai suatu disiplin, sekarang keperawatan disebut sebagai suatu ilmu dimana keperawatan banyak sekali menerapkan ilmu-ilmu dasar seperti ilmu perilaku, social, fisika, biomedik dan lain-lain. Selain itu keperawatan juga mempelajari pengetahuan inti yang menunjang praktik keperawatan yaitu fungsi tubuh manusia yang berkaitan dengan sehat dan sakit serta pokok bahasan pemberian asuhan keperawatan secara langsung kepada klien.
Pada awalnya praktik keperawatan dilandasi oleh ketrampilan yang bersifat intuitif. Sebagai suatu disiplin, sekarang keperawatan disebut sebagai suatu ilmu dimana keperawatan banyak sekali menerapkan ilmu-ilmu dasar seperti ilmu perilaku, social, fisika, biomedik dan lain-lain. Selain itu keperawatan juga mempelajari pengetahuan inti yang menunjang praktik keperawatan yaitu fungsi tubuh manusia yang berkaitan dengan sehat dan sakit serta pokok bahasan pemberian asuhan keperawatan secara langsung kepada klien.
b. Kemampuan
memberikan pelayanan yang unik kepada masyarakat.
Fungsi unik perawat adalah memberikan bantuan kepada sesorang dalam melakukan kegiatan untuk menunjang kesehatan dan penyembuhan serta membantu kemandirian klien.
Fungsi unik perawat adalah memberikan bantuan kepada sesorang dalam melakukan kegiatan untuk menunjang kesehatan dan penyembuhan serta membantu kemandirian klien.
c. Pendidikan
yang mmenuhi standart dan diselenggarakan di perguruan tinggi atau universitas.
Beralihnya pendidikan keperawatan kepada institusi pendidikan tinggi memberikan kesempatan kepada perawat untuk mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan intelektual, interpersonal dan tehnikal yang memungkinkan mereka menjalankan peran dengan lebih terpadu dalam pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan berkesinambungan. Disampingg itu perawat dituntut untuk mengembangkan Iptek keperawatan.
Beralihnya pendidikan keperawatan kepada institusi pendidikan tinggi memberikan kesempatan kepada perawat untuk mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan intelektual, interpersonal dan tehnikal yang memungkinkan mereka menjalankan peran dengan lebih terpadu dalam pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan berkesinambungan. Disampingg itu perawat dituntut untuk mengembangkan Iptek keperawatan.
d. Pengendalian
terhadap standart praktik.
Standart adalah pernyatan atau criteria tentang kualitas praktik. Standart praktik keperawatan menekankan kpada tangung jawab dan tangung gugat perawat untuk memenuhi standart yang telah ditetapkan yang bertujuan menlindungi masyarakat maupun perawat. Perawat bekerja tidak dibawah pengawasan dan pengendalian profesi lain.
Standart adalah pernyatan atau criteria tentang kualitas praktik. Standart praktik keperawatan menekankan kpada tangung jawab dan tangung gugat perawat untuk memenuhi standart yang telah ditetapkan yang bertujuan menlindungi masyarakat maupun perawat. Perawat bekerja tidak dibawah pengawasan dan pengendalian profesi lain.
e. Bertanggung
jawab dan bertanggung gugat terhadap tindakan yang dilakukan.
Tangung gugat accountable berarti perawat bertanggung jawab pelayanan yang diberikan kepada klien. Tanggung gugat mengandung aspek legal terhadap kelompok sejawat, atasan dan konsumen. Konsep tangung gugat mempunyai dua implikasi yaitu bertanggung jawab terhadap konsekuensi dari tindakan yang dilakukan dan juga menerima tanggung jawab dengan tidak melakukan tindakan pada situasi tertentu.
Tangung gugat accountable berarti perawat bertanggung jawab pelayanan yang diberikan kepada klien. Tanggung gugat mengandung aspek legal terhadap kelompok sejawat, atasan dan konsumen. Konsep tangung gugat mempunyai dua implikasi yaitu bertanggung jawab terhadap konsekuensi dari tindakan yang dilakukan dan juga menerima tanggung jawab dengan tidak melakukan tindakan pada situasi tertentu.
f. Karir
seumur hidup
Dibedakan dengan tugas/job yang merupakan bagian dari pekerjaan rutin. Perawat bekerja sebagai tenaga penuh yang dibekali dengan pendidikan dan ketrampilan yang menjadi pilihannya sendiri sepanjang hayat.
Dibedakan dengan tugas/job yang merupakan bagian dari pekerjaan rutin. Perawat bekerja sebagai tenaga penuh yang dibekali dengan pendidikan dan ketrampilan yang menjadi pilihannya sendiri sepanjang hayat.
g. Fungsi
mandiri
Perawat memiliki kewenangan penuh melakukan asuhan keperawatan walaupun kegiatran kolaborasi dengan profesilain kadang kala dilakukan dimana itu semua didasarkan kepada kebutuhan klien bukan sebagai ekstensi intervensi profesi lain
Perawat memiliki kewenangan penuh melakukan asuhan keperawatan walaupun kegiatran kolaborasi dengan profesilain kadang kala dilakukan dimana itu semua didasarkan kepada kebutuhan klien bukan sebagai ekstensi intervensi profesi lain
C. Perkembangan
Profesionalisme Keperawatan
Melihat catatan sejarah tentang awal mula keberadaan perawat di Indonesia, yang diperkirakan baru bermula pada awal abad ke 19, dimana disebutkan adanya perawat saat itu adalah dikarenakan adanya upaya tenaga medis untuk memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik sehingga diperlukan tenaga yang dapat membantu atau tenaga pembantu. Tenaga tersebut dididik menjadi seorang perawat melalui pendidikan magang yang berorientasi pada penyakit dan cara pengobatannya. Sampai dengan perkembangan keperawatan di Indonesia pada tahun 1983 PPNI melakukan Lokakarya Nasional Keperawatan di Jakarta, melalui lokakarya tersebut prawat bertekad dan bersepakat menyatakan diri bahwa keperawatan adalah suatu bidang keprofesian.
Perkembangan profesionalisme keperawatan di Indonesia berjalan seiring dengan perkembangan pendidikan keperawatan yang ada di Indonesia. Pengakuan perawat profesionalan pemula adalah bagi mereka yang berlatar belakang pendidikan Diploma III keperawatan. Program ini menghasilkan perawat generalis sebagai perawat professional pemula, dikembangkan dengan landasan keilmuan yang cukup dan landasan professional yang kokoh.
Perkembangan pendidikan keperawatan dalam rangka menuju tingkat keprofesionalitasan tidak cukup sampai di tingkat diplima saja, di ilhami keinginan dari profesi keperawatan untuk terus mengembangkan pendidikan maka berdirilah PSIK FK-UI (1985) dan kemudian disusul dengan pendirian program paska sarjana FIK UI (1999).
Peningkatan kualitas organisasi profesi keperawatan dapat dilakukan melalui berbagai cara dan pendekatan antara lain :
Melihat catatan sejarah tentang awal mula keberadaan perawat di Indonesia, yang diperkirakan baru bermula pada awal abad ke 19, dimana disebutkan adanya perawat saat itu adalah dikarenakan adanya upaya tenaga medis untuk memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik sehingga diperlukan tenaga yang dapat membantu atau tenaga pembantu. Tenaga tersebut dididik menjadi seorang perawat melalui pendidikan magang yang berorientasi pada penyakit dan cara pengobatannya. Sampai dengan perkembangan keperawatan di Indonesia pada tahun 1983 PPNI melakukan Lokakarya Nasional Keperawatan di Jakarta, melalui lokakarya tersebut prawat bertekad dan bersepakat menyatakan diri bahwa keperawatan adalah suatu bidang keprofesian.
Perkembangan profesionalisme keperawatan di Indonesia berjalan seiring dengan perkembangan pendidikan keperawatan yang ada di Indonesia. Pengakuan perawat profesionalan pemula adalah bagi mereka yang berlatar belakang pendidikan Diploma III keperawatan. Program ini menghasilkan perawat generalis sebagai perawat professional pemula, dikembangkan dengan landasan keilmuan yang cukup dan landasan professional yang kokoh.
Perkembangan pendidikan keperawatan dalam rangka menuju tingkat keprofesionalitasan tidak cukup sampai di tingkat diplima saja, di ilhami keinginan dari profesi keperawatan untuk terus mengembangkan pendidikan maka berdirilah PSIK FK-UI (1985) dan kemudian disusul dengan pendirian program paska sarjana FIK UI (1999).
Peningkatan kualitas organisasi profesi keperawatan dapat dilakukan melalui berbagai cara dan pendekatan antara lain :
1. Mengembangkan
system seleksi kepengurusan melalui pnetapan criteria dari berbagai aspek
kemampuan, pendidikan, wawasan, pandangan tentang visi dan misi organisasi,
dedikasi serta keseterdiaan waktu yang dimiliki untuk organisasi.
2. Memiliki
serangkaian program yang kongkrit dan diterjemahkan melalui kegiatan organisasi
dari tingkat pusat sampai ke tingkat daerah. Prioritas utama adalah rogram
pendidikan berkelanjutan bagi para anggotanya.
3. Mengaktifkan
fungsi collective bargaining, agar setiap anggota memperoleh penghargaan yang
sesuai dengan pendidikan dan kompensasi masing-masing.
4. Mengembangkan
program latihan kepemimpinan, sehingga tenaga keperawatan dapat berbicara
banyak dan memiliki potensi untuk menduduki berbagai posisi di pemerintahan
atau sector swasta.
5. Meningkatkan
kegiatan bersama dengan organisasi profesi keperawatan di luar negeri, bukan
anya untuk pengurus pusat saja tetapi juga mengikut sertakan pengurus daerah
yang berpotensi untuk dikembangkan
D. Pohon
Ilmu ( Body of Knowledge )
Pohon ilmu dari keperawatan adalah ilmu keperawatan itu sendiri. Pendidikan keperawatan sebagai pendidikan profesi harus dikembangkan sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu dan profesi keperawatan, yang harus memiliki landasan akademik dan landasan professional yang kokoh dan mantap.
Pengembangan pendidikan keperawatan bertolak dari pengertian dasar tentang ilmu keperawatan seperti yang dirumuskan oleh Konsorsium Ilmu kesehatan (1991) yaitu : “ Ilmu keperawatan mencakup ilmu-ilmu dasar seperti ilmu alam, ilmu social, ilmu perilaku, ilmu biomedik, ilmu kesehatan masyarakat, ilmu dasar keperawatan, ilmu keperawatan komunitas dan ilmu keperawatan klinik, yang apluikasinya menggunakan pendekatan dan metode penyelesaian masalah secara ilmiah, ditujukan untuk mempertahankan, menopang, memelihara dan meningkatkan integritas seluruh kebutuhan dasar manusia “.
Wawasan ilmu keperawatan mencakup ilmu-ilmu yang mempelajari bentuk dan sebab tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia, melalui pengkajian mendasar tentang hal-hal yang melatar belakangi, serta mempelajari berbagai bentuk upaya untuk mencapai kebutuhan dasar tersebut melalui pemanfaatan semua sumber yang ada dan potensial.
Bidang garapan dan fenomena yang menjadi objek studi keperawatan adalah penyimpangan dan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia (bio-psiko-sosio-spiritual), mulai dari tingkat individu tang utuh (mencakup seluruh siklus kehidupan), sampai pada tingkat masyarakat, yang juga tercermin pada tidak terpenuhinya kebutuhan dasar pada tingkat system organ fungsional sampai sub seluler atau molekuler
Pohon ilmu dari keperawatan adalah ilmu keperawatan itu sendiri. Pendidikan keperawatan sebagai pendidikan profesi harus dikembangkan sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu dan profesi keperawatan, yang harus memiliki landasan akademik dan landasan professional yang kokoh dan mantap.
Pengembangan pendidikan keperawatan bertolak dari pengertian dasar tentang ilmu keperawatan seperti yang dirumuskan oleh Konsorsium Ilmu kesehatan (1991) yaitu : “ Ilmu keperawatan mencakup ilmu-ilmu dasar seperti ilmu alam, ilmu social, ilmu perilaku, ilmu biomedik, ilmu kesehatan masyarakat, ilmu dasar keperawatan, ilmu keperawatan komunitas dan ilmu keperawatan klinik, yang apluikasinya menggunakan pendekatan dan metode penyelesaian masalah secara ilmiah, ditujukan untuk mempertahankan, menopang, memelihara dan meningkatkan integritas seluruh kebutuhan dasar manusia “.
Wawasan ilmu keperawatan mencakup ilmu-ilmu yang mempelajari bentuk dan sebab tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia, melalui pengkajian mendasar tentang hal-hal yang melatar belakangi, serta mempelajari berbagai bentuk upaya untuk mencapai kebutuhan dasar tersebut melalui pemanfaatan semua sumber yang ada dan potensial.
Bidang garapan dan fenomena yang menjadi objek studi keperawatan adalah penyimpangan dan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia (bio-psiko-sosio-spiritual), mulai dari tingkat individu tang utuh (mencakup seluruh siklus kehidupan), sampai pada tingkat masyarakat, yang juga tercermin pada tidak terpenuhinya kebutuhan dasar pada tingkat system organ fungsional sampai sub seluler atau molekuler
E. Cerminan
Perawat Profesional
Cerminan nilai professional perawat dalam praktik keperawatan dikelompokkan dalam nilai intelektual dan nilai komitmen moral interpersonal, sebagai berikut :
Cerminan nilai professional perawat dalam praktik keperawatan dikelompokkan dalam nilai intelektual dan nilai komitmen moral interpersonal, sebagai berikut :
1. Nilai
intelektual
Nilai intelektual dalam prtaktik keperawatan terdiri dari
a. Body of Knowledge
b. Pendidikan spesialisasi (berkelanjutan)
c. Menggunakan pengetahuan dalam berpikir secara kritis dan kreatif.
Nilai intelektual dalam prtaktik keperawatan terdiri dari
a. Body of Knowledge
b. Pendidikan spesialisasi (berkelanjutan)
c. Menggunakan pengetahuan dalam berpikir secara kritis dan kreatif.
2. Nilai
komitmen moral
Pelayanan keperawatan diberikan dengan konsep altruistic, dan memperhatikan kode etik keperawatan. Menurut Beauchamp & Walters (1989) pelayanan professional terhadap masyarakat memerlukan integritas, komitmen moral dan tanggung jawab etik.
Aspek moral yang harus menjadi landasan perilaku perawat adalah :
Pelayanan keperawatan diberikan dengan konsep altruistic, dan memperhatikan kode etik keperawatan. Menurut Beauchamp & Walters (1989) pelayanan professional terhadap masyarakat memerlukan integritas, komitmen moral dan tanggung jawab etik.
Aspek moral yang harus menjadi landasan perilaku perawat adalah :
a. Beneficience
Perawat selalu mengupayakan keputusan yang dibuat berdasarkan keinginan melakukan yang terbaik dan tidak merugikan klien. (Johnstone, 1994)
Perawat selalu mengupayakan keputusan yang dibuat berdasarkan keinginan melakukan yang terbaik dan tidak merugikan klien. (Johnstone, 1994)
b. Fair
Tidak mendeskriminasikan klien berdasarkan agama, ras, social budaya, keadaan ekonomi dan sebagainya, tetapi memprlakukan klien sebagai individu yang memerlukan bantuan dengan keunikan yang dimiliki.
Tidak mendeskriminasikan klien berdasarkan agama, ras, social budaya, keadaan ekonomi dan sebagainya, tetapi memprlakukan klien sebagai individu yang memerlukan bantuan dengan keunikan yang dimiliki.
c. Fidelity
Berperilaku caring (peduli, kasih sayang, perasaan ingin membantu), selalu berusaha menepati janji, memberikan harapan yang memadahi, komitmen moral serta memperhatikan kebutuhan spiritual klien.
Berperilaku caring (peduli, kasih sayang, perasaan ingin membantu), selalu berusaha menepati janji, memberikan harapan yang memadahi, komitmen moral serta memperhatikan kebutuhan spiritual klien.
F. LANDASAN
KEILMUAN PROFESI KEPERAWATAN
Ilmu
merupakan fenomena yang menarik dalam hidup dan kehidupan manusia. Dengan ilmu,
manusia mampu mencapai derajat yang lebih tanggi dari makhluk yang lain sebab
ilmu dapat menjadi pembuka realitas kehidupan. Ilmu juga dapat menciptakan
tekhnologi sehingga tidak heran jika penyebutan ilmu selalu diikuti
dengan kata teknologi.
Ilmu
pengetahuan yang dimiliki manusia semakin berkembang dengan pesat. Ini ditandai
dengan munculnya banyak disipli ilmu. Kondisi ini juga didukung oleh berbagai
fenomena kehidupan yang turut memunculkan disiplin ilmu baru. Baru disilpin
ilmu ini akan muncul berbagai bidang pekerjaan (profesi). Sebagai contoh, ilmu
yang mempelajari mengenai penyakit manusia dan pengobatannya memunculkan
profesi kodekteran, sedangkan ilmu yang mempelajari tentang hukum yang mengatur
hidup dan kehidupan manusia memunculkan profesi hukum. Lantas, bagaimana dengan
profesi keperawatan? Apakah profesi kaperawatan juga memiliki disiplin ilmu?
G. PENGERTIAN
ILMU
Ilmu
merupakan kumpulan pengetahuan yang padat dan proses mengetahui melalui
penyelidikan yang sitematis dan terkendali (metode ilmiah). Pendapat lain
mengatakan bahwa ilmu adalan profesi perbaikan diri secara bersinambungan
meliputi perkembangan teori dan uji empiris.
Menurut
tujuannya, ilmu dapat dibagi menjadi dua kategori besar, yaitu ilmu teoristis
dan ilmu praktik (poepspoprodjo, 1999). Ilmu teoristis adalah ilmu yang
berupaya menjelaskan pengertian yang benar demi pengertian itu sendiri. Tujuan
utamanya adalah agar individu mengertian keadaan sebenarnya, bukan untuk
diterapkan. Ilmu praktis adalah ilmu yang langsung diarahkan pada pemanfaatan
ilmu itu sendiri. Ilmu praktis ini mencakup aspek normatif dan positif. Ilmu
praktis normatif menentukan bagaimana seseorang harus berbuat(mis., etika, ilmu
hukum, ilmu ekonomi dan sebagainya), sedangkan ilmu praktis positif menentukan
bagaimana seseorang berbuat sesuatu(mis., ilmu kedokteran, ilmu keperawatan,
ilmu pertanian, ilmu tekhnik, dan sebagainya). Walaupun sulit untuk dibedakan,
kedua ilmu tersebut saling melingkapi. Satu hal yang pasti, ilmu teoristis
dapat berdiri sendiri, sedangkan ilmu prsktis selalu di dasari dengan ilmu
teoristis.
Semua ilmu
adalah baik dan buah atau hasil dari ilmu adalah ibadah(amal baik). Ilmu
seharusnya mampu mendorong seseorang untuk berbuat dan berperilaku baik demi
kemaslahatan seluruh umat manusia. Di sisi lain, ilmu juga bisa berubah menjadi
senjata yang menyerang kita jika dimanfaatkan dengan cara yang salah. Sebagai
ilmu yang luhur, ilmu keperawatan harus bisa menciptakan perawat yang baik dan
derkualitas guna meningkatkan pelayanan kepada klien. Akan tetapi, jika
dimanfaatkan untuk tujuan yang benar ilmu keperawatan juga bisa menimbulkan
penderita bagi umat manusia. Jadi, penyimpangan dalam pemanfaatan ilmu
menyebabkan ilmu tersebut tidak memberi manfaat yang baik
Suatu
pengetahuan bisa dikategorikan sebagai ilmu jika memiliki karakteristik berikut
ini:
1.
Mempercepat rasional sebagai alat untuk memperoleh
pengetahuan yang benar
2.
Mempunyai alur pikir yang logis dan konsisten dengan
pengetahuan yang telah ada
3.
Melalui pengujian empiris sebagai kriteria kebenaran
objektif
4.
Memiliki mekanisme yang terbuka terhadap koreksi
H. KEPERAWATAN
SEBAGAI ILMU
Seperti
halnya disiplin ilmu lain-yang keberadaanya di topang oleh berbagai disiplin
ilmu yang telah berkembang, ada kalanya ilmu keperawatan mulai mempertanyakan
identitas dirinya sebagai sebuah disiplin ilmu yang mandiri.pertanyaan yang
sering muncul adalah apakah ilmu keperawatan memenuhi persyaratan untuk eksis
ebagai sebuah disisplin ilmu yang mandiri? Jika ya apa yang mencirikan dan
membedakan pengetahuan ilmih itu dengan pengetahuan ilmiah yang lain? Artinya,
apakah ilmu keperawatan-ditinjau dari sudut filsafat ilmu (philosophy of
science)-memenuhi katarekteristik dan spesifikasi sebagai sebuah pengetahun
yang berdimensi dan bersifat ilmiah?secara umum, cabang pengetahuan tersebut
diperoleh dan disusun(epistemology), serta nilai yang terkait dengan pengetahuan
tersebut(aksiologi).
Berdasarkan
tinjauan aspek ontologi setiap disiplin ilmu harus mempunyai objek formal dan
objek material terkait dengan wujud yang akan menjadi focus
penelaahannya.objek materia adalah subtansi dari objek tertentu,sedangkan objek
porma adalah cara untuk menjelaskan atau mencapai objek tersebut berdasarkan
objek materia,jika suatu ilmu belum memiliki objek forma yang jelas,berarti
ilmu tersebut mengatahui dengan pasti aspek yang akan di telaahannya.dengan
demikian,ilmu tersebut belum memiliki metode kerja yang jelas dan belum berhak
menyebut diri nya sebagai ilmu yang dapat berdiri sendiri (suriasumantri,1996).
Objek forma sendiri merupakan pribsif yang mensadari perbedaan antar-ilmu.dua
ilmu atau lebih bisa memiliki objek materia yang sama,namun masing-masing di
bedakan berdasar kan objek formanya.karenanya,objek forma suatu bidang ilmu
perlu di tegas kan agar tidak terjadi saling serobot dan saling tuburuk antar
bidang ilmu.
Epistemologi
merupakan asas yang terkaitan dengan cara memperoleh dan menyusun oleh materi
pengetahuan menjadi suatu ilmu.secara detail Epistemologi kelimuan dapat di
lihat dari sifat pengetahuan ilmia dan proses pembentukan pengetahuan
ilmiah.sifat pengetahuan ilmiah antara lain (surisumantri ,1996).
1.
Pengetahuan adalah milik umum. Artinya, pengetahuan
itu disampaikan kepada masyarakat melalui publikasi itu disampaikan kepada
masyarakat melalui publikasi ilmiah.
2.
Objektif. Artinya, setiap orang mempelajari objek yang
sama, dengan cara yang sama,akan memperoleh kesimpulan yang sama.
3.
Abstraksi. Artinya, ilmu pengetahuan dapat
mereduksi realitas menjadi konsep.
4.
Konseptual. Artinya, ilmu memiliki konsepsi yang
membangun teori-teori.
5.
Generalisasi. Artinya, kajian-kajian dari pengetahuan
dapat diterima oleh umum.
Proses
pembentukan pengetahuan ilmiah terkait dengan mekanisme yang memproses
pengetahuan tersebut. Mekanisme ini lebih dikenal dengan istilah metode ilmiah.
Metode ilmiah memproses pengetahuan dalam tiga aspek, yaitu keabsahan,
kebenaran, dan penyusunan. Keabsahan pengetahuan ilmiah ditentukan berdasarkan
syarat yang harus dipenuhi oleh suatu pengetahuan, yaitu logis, analitis, dan
sistematis. Kaitannya dengan kebenaran, kebenaran suatu pengetahuan terletak
pada pengujian empiris. Pengetahuan yang sipatnya logis, analitis, sistematis,
dan teruji secara empiris bisah dipastikan merupakan pengetahuan yang absah dan
benar secara ilmia.
Proses
penyusunan pengetahuan ilmiah sendiri memerlukan pikiran dasaryang melandasi
pemikiran dan tubu pengetahuan teoritis. Pikiran dasar itu terdiri atas
postulat, asumsi dan prinsip. Ponstulat merupakan anggapan tentang suatu objek
yang merefleksikan sudut pandang tertentu yang tidak perlu diverifikasi
secara empiris guna menentukan benar atau salahnya. Asumsi adalah pernyataan
dasar tentang realitas yang menjadi objek telaahan. Terakhir, prinsip
merupakan pernyataan dasar mengenai tindakan yang dipilih. Dalam hal ini,
prinsip di bangun di antara postulat dan asumsi.
Ilmu
ditinjau dari aspek aksiologi merupakan cara penggunaan atau pemanfaatan
ilmiah. Asas dalam keilmuan tersebut digunakan untuk kemaslahatan umat manusia.
Karenanya pengetahuan ilmiah yang diperoleh akan disusun dan dipergunakan
secara komunal dan universal.
Pernyataan
tersebut,dapat diformulasikan bahwa objek material ilmu keperawatan adalah
manusia yang tidak dapat berfungsi secara sempurna dalam kaitannya dengan
kondisi kesehatan dan proses penyembuhan. Titik fokus dalam keperawatan adalah
respon manusia terhadap ketidakseimbangan yang dapat ditangani dengan askep.
Manusia dipandang sebagai sosok yang unik,yang meliputi
bio-psiko-sosio-spiritual. Objek formanya adalah bantuan bagi individu yang
tidak dapat berfungsi secara sempurna terkait dengan kondisi kesehatan dan
proses penyembuhan. Bantuan yang diberikan bersifat holistik.
Konsepsi
tentang keperawatan antara lain dikemukakan oleh sejumlah ahli:
a.
Florence nightingle (1859).Ia mengemukakan
pandangannya mengenai penyakit. Menurutnya merupakan proses ketidakseimbangan
yang dapat pulih kembali dan tidak harus selalu disertai dengan
penderitaan.pemulihan penyakit dilihat sebagai upaya alami dalam memperbaiki
proses yang sedang atau rusak. Di sini,manusia berperan mendukung proses alami
tersebut dengan memacu upaya pemulihan.Karena alasan tersebut,nightingale
berangapan bahwa dalam pendektan keperawatan perlu di ciptakan suatu kondisi
lingkungan yang menunjang proses penyembuhan penyakit sekaligus
pencegahannya.berdasarkan pemahamannya tentang pengaruh lingkungan terhadap
manusia dan keadaan sehat sakit, Naigtingale menegaskan bahwa faktor kebersihan
dan kesehatan lingkungan sangat penting dalam mempertahankan dan meningkatkan
status kesehatan manusia
b.
Hildergard peplau (1952). Teori yang dikembangkan
Peplau dikenal dengan teori keperawatan psikolodinamik.teori ini di pengaruhi
oleh model hubungan interpersonal ia menyatakan bahwa keperawatan adalah suatu proses
interpersonal yang bersifat terapeutik.
c.
Vaye Abdella (1960). Ia menjelaskan bahwa keperawatan
adalah layanan yang di berikan kepada individu,keluarga dan masyarakat yang di
dasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan yang mencakup sikap,kemampuan intelektual,dan
keterampilan,teknik klinis perawat yang ditujukan untuk membantu
masyarakat yang membutuhkan layanan kesehatan,baik dalam keadaan sehat maupun
sakit.
d.
Ida Jean Orlando (1961). Ia menggunakan hubungan
interpersonal sebagai landasan teorinya.perhatian utamanya adalah pada sifat
unik individu,baik verbal maupun nonverbal,yang mengisyaratkan suatu kebutuhan
akan kegiatan atau tindakan keperawatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
klien.
e.
Virginia Handerson (1966). Teorinya berfokus pada
individu.ia mengemukakan bahwa jasmani dan rohani manusia dapat dipisahkan satu
sama lainnya. Manusia adalah mahluk yang unik :tidak ada dua orang yang
memiliki kebutuhan dasar yang sama.Klien adalah individu yang memerlukan
bantuan untuk mencapai kemandirian.
f.
Marta E. Roger (1970). Pandangannya dalam pengembangan
teori keperawatan banyak di pengaruhi oleh teori system dan teori energi. Teori
Roger Dikenal sebagai initary human beings theory.menurutnya “man is a unifed
whole possessing his own integrity and manifesting characteristics that are
more than and different from the sum of his parts”.
g.
Dorothea Orem (1971). Ia melihat individu sebagai satu
kesatuan utuh yang terdiri atas aspek fisik,sikologis dan sosial dengan derajat
kemampuan merawat diri sendiri tindakan keperawatan,menurutnya,merupakan upaya
untuk memacu kemampuan diri sendiri. teori Orem dikenal dengan self-care
deficit theory.
h.
Imogene F. King (1971). King memandang klien sebagai
system perorangan,sebagai mahluk yang mempunyai daya reaksi,yang mampu mempersiapkan
diri.berpikir,menetapkan tujuan,memilih tindakan guna mencapai tujuan dan
mengambik keputusan.keperawatan dilhat aksi,reaksi,interaksi dan transaksi dare
proses interpersonal.teori King di kenal dengan theory of Goal attainment.
i.
Kelompok kerja keperawatan Indonesia (1983). Kelompok
ini telah membuat definisi tentang keperawatan.menurutnya,keperawaytan
merupakan suatu bentuk layanan professional yang menjadi bagian integral dari
layanan kesehatan yang di dasarkan atas ilmu dan kiat keperawatan.layanan ini
berbentulk layanan bio,psikol,sosial,cultural dan spiritual yang
komrehensif,yang ditujukan untuk individu,keluarga,dan masyarakat dalam keadaan
sakit maupun sehat di seluruh proses kehidupan manusia
I. ILMU KEPERAWATAN DITINJAU DARI SUDUT
AKSIOLOGI
Hakikat ilmu
dipandang dari sudut aksiologi adalah cara penggunaan/pemanfaatan pengetahuan
ilmiah. Asas dalam keilmuan tersebut digunakan/dimanfaatkan untuk kemaslahatan
umat manusia. Asas moral yang terkandung didalamnya harus ditujukan untuk
meningkatkan taraf hidup manusia dengan tetap memerhatikan kodrat
manusia,martabat manusia,dan keseimbangan/kelestarian alam lewat pemanfaatan
ilmu pengetahuan ilmu secara komunal dan universal.
Dalam
penerapan ilmu keperawatan ,profesi keperawatan tidak hanya memiliki tanggung
jawab profesional,tetapi juga tanggung jawab sosial politik yang disertai
dengan sikap moral yang luhur.tanggung jawab profesional harus berstandar
pada asas kebenaran,kejujuran,bebas dari kepentingan,seta dukungan yang
didasarkan atas kekuatan argumentasi.
Secara
aksiologi,keperawatan yang merupakan bagian integral dari layanan kesehatan
mempunyai andil besar terhadap masyarakat.jika dulu orientasi keperawatan
adalah pada individu yang sakit,kini orientasi tersebut meluas hingga individu
yang sehat.Dalam hal ini,keperawatan selalu berupaya untuk mengembangkan diri
ke arah profesionalisme.Wujud pengembangan ilmu keperawatan mencakup dua hal
yang penting,Yakni di bidang pendidikan dan latihan serta bidang praktik
keperawatan.
Pengembangan
ilmu keperawatan dalam bidang pendidikan di wujudkan melalui pendidikan
berkelanjutan serta pendidikan dan latihan khusus dibidang
keperawatan.pengembangan ilmu keperawatan dalam praktik keperawatan dilakukan
melandasi ke ilmuan serta sikap yang profesional yang dilandasi oleh
kaidah etik profesi dan standar praktik keperawatan yang berlaku.ini merupakan
keperawatan bukan hanya sekedar ilmu,tapi juga praktik.oleh karena
itu,pendidikan keperawatan merupakan pendidikan yang profesional.
Aplikasi
asas moral dari ilmu keperawatan adalah tanggung jawab. profesional terhadap
klien,masyarakat,dan tuhan YME.Untuk mengatur agar tidak terjadi kesalahan dan
kerugian yang menyebabkan klien semakin menderita,perlu disusun suatu kode
etik.kode etik merupakan kumpulan asas atau nilai moral yang harus dijadikan
aturan atau prinsip dalam berprilaku yang benar.kode etik memuat etika.Etika
sendiri berasal dari bahasa Yunani ethicos yang artinya kecendrungan batin
manusia atau kebiasaan. Jadi, etika merupakan tuntutan dalam diri seseorang
yang berasal dari kesadaran manusia tentang hal baik atau buruk yang dijadikan
pedoman bagi manusia dalam berperilaku.
Asas moral
yang terkandung ilmu keperawatan dimanifestasikan kedalam kode etik
keperawatan. Kode etik keperawatan, menurut nila ismani(2001), adalah bagian
dari etik kesehatan yang menerapkan nilai etika pada bidang pemeliharaan atau
pelayanan kesehatan masyarakat. Definisi ini masih bersifat umum dan tidak
langsungterkait dengan hakikat profesi keperawatan. Lebih tepatnya , kode etik
keperawatan adalah asas atau moral tertulis yang harus dijadikan pedoman atau
prinsip bagi setiap perawat dalam berinteraksi pada klien agar perilaku perawat
tetap berada pada koridor kebenaran. Kode etika keperawatan ini harus sudah
tertanam dalam diri setiap perawat. Karenanya, setiap perawat harus mengetahui
apa yang menjadi etika dalam menjalankan tugas profesional keperawatan.
Keperawatan
sebagai sebuah profesi harus mempunyai kode etik keperawatan ,keberadaan kode
etik keperawatan disini bukan semata sebagai syarat administratif. Didalamnya
juga tekandung tujuan yang sangat tinggi Sebagai pondasi bagi perawat dalam
mengatur hubungan profesional baik dengan sesama perawat , klien, masyarakat,
profesi (profesi keperawatan atau profesi kesehatan lainnya), atau dengan
praktik keperawatan itu sendiri .
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Keperawatan
adalah sebuah profesi, di mana di dalamnya terdapat sebuah “body of knowladge’
yang jelas. Profesi Keperawatan memiliki dasar pendidikan yang kuat, sehingga
dapat dikembangkan setinggi-tingginya. Hal ini menyebabkan Profesi Keperawatan
selalu dituntut untuk mengembangkan dirinya untuk berpartisipasi aktif dalam
Sistem Pelayanan Kesehatan di Indonesia dalam upaya meningkatakan
profesionalisme Keperawatan agar dapat memajukan pelayanan masyarakat akan
kesehatan di negeri ini.
Berdasarkan pemahaman tersebut dan untuk
mencapainya, dibentuklah suatu Sistem Pendidikan Tinggi Keperawatan, yang
bertujuan untuk memelihara dan meningkatakan pelayanan kesehatan yang
berkualitas. Dalam melaksanakan hal ini tentunya dibutuhkan sumber daya
pelaksana kesehatan termasuk di dalamnya terdapat tenaga keperawatan yang baik,
baik dalam kuantitas maupun dalam kualitas.
B.
Saran
1.
Kelompok
Diharapkan bagi kelompok agar bisa menguasai teori
tentang landasan keilmuan profesi keperawatan, sehingga bisa memberitahukan
kepada mahasiswa yang belum mengetahui.
2.
Institusi
Diharapkan bagi institusi / STIKES HI agar memasukkan
makalah ini kedaftar bacaan seperti dalam perpustakaan, sehingga mahasiswa lain
yng belum mengetahui tentang landasan keilmuan profesi keperawatan ini dapat
membacanya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Asmadi.
2008. Konsep Dasar Keperawatan. EGC : Jakarta