ASKEP VARISELA
Definisi
June M. Thomson
mendefinisikan varisela sebagai penyakit yang disebabkan oleh virus
varisela-zoster (V-Z virus) yang sangat menular bersifat akut yang umumnya
menganai anak, yang ditandai oleh demam yang mendadak, malese, dan erupsi kulit
berupa makulopapular untuk beberapa jam yang kemudian berubah menjadi vesikel
selama 3-4 hari dan dapat meninggalkan keropeng (Thomson, 1986, p. 1483).
Sedangkan menurut Adhi Djuanda,
varisela yang mempunyai sinonim cacar air atau chickenpox adalah infeksi akut
primer oleh virus varisela-zoster yang menyerang kulit dan mukosa yang secara
klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorfi terutama dibagian
sentral tubuh (Djuanda, 1993).
Etiologi
Penyebab dari varisela adalah virus
varisela-zoster. Penamaan virus ini memberi pengertian bahwa infeksi primer
virus ini menyebabkan timbulnya penyakit varisela, sedangkan reaktivasi
(keadaan kambuh setelah sembuh dari varisela) menyebabkan herves zoster.
Epidemiologi
Tersebar kosmopolit, menyerang
terutama anak-anak tetapi dapat juga menyerang orang dewasa. Tranmisi penyakit
ini secara aerogen. Masa penularan lebih kurang 7 hati dihitung dari timbulnya
gejala kulit.
Patogenesis
Masa inkubasi varisela
berkisar antara 11 -20 hari, masa ini bisa lebih pendek atau lebih panjang.
lnfeksi varisela dimulai dengan masuknya virus ke mukosa saluran pemafasan,
yang ditularkan melalui vekresi pemafasan atau melalui kontak langsung.
lnokulasi diikuti dengan masa inkubasi, di mana pada saat tersebut penyebaran
virus terjadi secara subklinis. Virus masuk melalui mukosa saluran pemafasan
clan diduga berkembang biak pada jaringan kelenjar regional. Empat sampai enam
hari setelah infeksi, diduga viremia ringan terjad, diikuti dengan virus
menginfeksi dan berkembang biak di organ seperti hati, limpa dan kemungkinan
organ lain. Lebih kurang 10 -12 hari setelah infeksi terjadi viremia kedua di
mana pada saat tersebut virus bisa mencapai kulit. Rash muncul sesudah 14 hari
infeksi. Lesi kulit yang terjadi berupa makula, sebagian besar berkembang
menjadi papula, vesicula, pustula, dan krusta sesudah beberapa hari. Vesicula
biasanya terletak pada epidermis.
Manifestasi Klinis
Masa inkubasi penyakit ini
berlangsung 14-21 hari. Gejala klinis mulai dari gejala prodromal, yakni demam
yang tidak terlalu tinggi, malese dan nyeri kepala, kemudian disusul timbulnya
erupsi kulit berupa papul eritematosa yang dalam waktu beberapa jam berubah
menjadi vesikel. Bentuk vesikel khas berupa tetesan embun (tear drops). Vesikel
akan berubah menjadi pustul dan kemudian menjadi krusta. Sementara proses ini
berlangsung timbul lagi vesikel-vesikel yang baru sehingga menimbulkan gambaran
polimorfi.
Penyebarannya terutama didaerah
badan dan kemudian menyebar secara sentrifugal ke muka dan ekstremitas, serta
dapat menyerang selaput lendir mata, mulut dan saluran nafas bagian atas. Jika
terdapat infeksi sekunder terjadi pembesaran kelenjar getah bening regional
(lymphadenopathy regional). Penyakit ini biasanya disertai rasa gatal.
Komplikasi
Varisela dapat
menimbulkan berbagai komplikasi, tetapi umumnya pada kulit, pada susunan syaraf
pusat, atau sistem pemafasan yang dijumpai. Komplikasi yang paling sering
dijumpai pada kulit adalah sebagai akibat infeksi sekunder oleh bakteri staphylococcus
ataupun streptococcus. Bisa juga dijumpai hemorhagic varicella.
Pada susunan syaraf pusat, komplikasi bisa berupa encephalitis, Reye’ssyndrome
asepticmeningitis dan Guillain-Barre Syndrome. Komplikasi pada saluran
pemafasan termasuk infeksi virus dan bakteri pencumoni, infeksi saluran nafas
atas terutama otitis media. Kematian yang disebabkan oleh varisela pada anak
1-14 tahun ditaksir 1,4 per 100.000 kasus varisela, sedang pada orang dewasa
berbeda signifikan yaitu 30,9 per 100.000 kasus.
Pengobatan
v Pengobatan
Simptomatik
o Menghilangkan rasa gatal
o Menurunkan panas (hati-hati
pemakaian golongan salicylate dikuatirkan timbul Reye’s Syndrome).
v Menjaga kebersihan
o Terutama pada daerah kuku yang sering digunakan untuk menggaruk
o Kebersihan pakaian
o Pengobatan dengan antivirus
v Pengobatan
dengan antivirus
Pada
saat ini acyclovir telah terbukti bermanfaat untuk pengobatan varisela. Acyclovir
– 9 – [(2-hydroxy thonyl) methyl] guanine merupakan chat pilihan.
Obat ini dapat digunakan secara oral maupun intravena: Pada kasus dengan
komplikasi berat atau dengan gangguan sistem kekebalan, Acyclovir ini
dianjurkan untuk diberikan intravena. Sedang pada pemberian oral dapat
digunakan pada anak yang tanpa komplikasi. Begitupun harus diingat bahwa
penyakit ini dapat sembuh sendiri. Oleh karena itu penghitungan biaya dalam
penggunaan Acyclovir ini haruslah bijaksana.
Pencegahan
1.
Isolasi.
2.
Pemberian VZIG (Varicella-zoster Immune Globulin).
3.
Pemberian vaksinasi.
Pada saat ini telah tersedia vaksin untuk varisela,
yaitu Live, Attenuated
Varicella Virus Vaccine. Vaksin ini deberikan pada anak usia di atas 12 bulan.
Pada
anak usia 12 bulan -12 tahun vaksin dapat diberikan
secara subkutan dengan dosis
0,5 mI. Secara rutin vaksinasi ini dianjurkan pada
usia 12 -18 bulan. Pemberian
dapat dilakukan bersamaan dengan pemberian vaksinasi
lain, seperti vaksinasi MMR
(Measles Mumps -Rubella) . Sedangkan pada anak usia = 13 tahun diberikan dosis
0,5 ml, s.c. dengan dua dosis. Jarak pemberian adalah
4-8 minggu.
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Ø Gejala subyektif berupa keluhan nyeri kepala,
anorexia dan malese.
Ø Pada kulit dan membran mukosa :
Lesi dalam
berbagai tahap perkembangannya : mulai dari makula eritematosa yang muncul
selama 4-5 hari kemudian berkembang dengan cepat menjadi vesikel dan krusta
yang dimulai pada badan dan menyebar secara sentrifubal kemuka dan ekstremitas.
Lesi dapat pula terjadi pada mukosa, palatum dan konjunctiva.
Ø Suhu : dapat terjadi demam antara
38°-39° C
Diagnosa dan
Intervensi Keperawatan
1. Aktual atau
potensial gangguan integritas kulit
ü Anjurkan mandi secara teratur
ü Hindari menggaruk lesi
ü Gunakan pakaian yang halus/lembut
2. Gangguan rasa nyaman : nyeri
ü Gunakan analgetik dan bedak
antipruritus.
ü Pertahankan suhu ruangan tetap sejuk dengan
kelembaban yang adekuat.
3. Potensial penularan infeksi
ü Lakukan isolasi (strict isolation) :
Prosedur strict isolation :
a. Ruangan
tersendiri; pintu harus selalu tertutup. Klien yang terinfeksi karena organisme
yang sama dapat ditempatkan dalam ruangan yang sama.
b. Gunakan
masker, pakaian khusus, dan sarung tangan bagi semua orang yang masuk kedalam
ruangan.
c. Selalu
cuci tangan setelah menyentuh klien atau benda-benda yang kemungkinan
terkontaminasi serta sebelum memberikan tindakan kepada klien lain.
d. Semua
benda-benda yang terkontaminasi dibuang atau dimasukan kedalam tempat khusus
dan diberi label sebelum dilakukan dekontaminasi atau diproses ulang kembali
4. Kurang pengetahuan
ü Ajarkan pada orang tua dalam
melakukan perawatan terhadap anaknya di ruamah tentang hal-hal di atas.
ü Jelaskan bahwa demam d apat diatasi
dengan melakukan tepid sponge bath.
ü Jealskan bahwa penggunaan medikasi
harus sesuai dengan petunjuk dikter
Evaluasi
1) Fungsi
kulit dan membran mukosa baik dengan parut minimal.
v Krusta berkurang
v Suhu kulit, kelembaban dan warna
kulit serta membran mukosa normal alami
2) Tidak terjadi komplikasi dan infeksi sekunder
v Tidak terdapat kelainan neurologik
v Tidak terjadi kelainan respiratorik.
3) Suhu
tubuh normal.
DAFTAR PUSTAKA
Adhi Djuanda (1993). Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin, Edisi Kedua,
FK Universitas Indonesia, Jakarta, 1993.
June M. Thomson, et. al. (1986). Clinical Nursing Practice, The C.V. Mosby Company, Toronto.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
tinggalkan komentar anda.